classphotography

Bro, pengen bagi tips lagi neh. Berikut adalah daftar tips, saran, aturan dan hal yang perlu diketahui tentang fotografi dari Eric Kim, seorang fotografer jalanan yang juga memegang kelas fotografi lokakarya. Dari kesemua tip dibawah, saya pikir intinya adalah teruslah mengambil gambar selalu.

Berikut daftar lengkapnya:

View original post 970 more words

Pasar Cinta – Tradisi Khusus Untuk Bertemu Mantan Kekasih

 

Kebanyakan orang pasti akan merasa hancur hatinya, jika melihat mantan kekasih yang begitu dicintai telah dimiliki oleh orang lain dan kita tak dapat berbuat apa-apa lagi untuk membuatnya kembali. Akan tetapi ada hal yang menarik di sebuah komunitas kecil di Vietnam, dimana terselenggaranya tradisi tahunan yang unik untuk mempertemukan para mantan kekasih. Perayaan ini dikenal dengan ‘Pasar Cinta’.

Pasar cinta diadakan di sebuah lereng bukit desa Khau Vai, 500 km bagian utara Hanoi, perbatasan dengan Cina. Perayaan tahunan yang berlangsung selama 2 hari setiap tanggal 26 dan 27 bulan ketiga dari kalender lunar ini akan mempertemukan ratusan mantan kekasih dari berbagai suku bukit, seperti Nung, Tay, San Chi, Lo Lo, Dzao, Giay dan Hmong.

Saat festival berlangsung, para seniman lokal akan menghiasi para pecinta dengan pakaian warna-warni untuk menghidupkan kembali kisah cinta mereka yang terlarang.

Uniknya, pasar cinta ini bukanlah ajang kencan singkat, tapi para penduduk desa melihatnya sebagai ajang kebersamaan, menghargai saat-saat bahagia dari masa lalu mereka.

Karena memang sudah bagian dari tradisi, banyak para pecinta yang mengikuti ajang ini untuk bertemu cinta lama tanpa harus saling berselisih dengan istri atau suami mereka. Sebab ini adalah skenario yang khas bagi kebanyakan orang-orang suku bukit di Vietnam.

Memang terdengar aneh dan kita pasti berpikir bila festival yang mempertemukan mantan kekasih ini digelar di tempat lain di dunia, mungkin akan menimbulkan keributan masal. Tetapi orang-orang dari Khau Vai memiliki alasan yang kuat untuk merayakannya. Bahkan tradisi pasar cinta telah berlangsung selama berabad-abad.

Menurut legenda lokal, perayaan ini bermula saat seorang gadis dari etnis Giay telah jatuh cinta dengan pria asal etnis Cao Bang. Hubungan mereka begitu indah, hingga akhirnya sang gadis dilarang menikah dengan seorang pria dari komunitas lain. Namun, yang terjadi selanjutnya ialah perang berdarah antar dua suku. Sebagai pecinta yang menyaksikan tragedi tersebut, mereka pun memutuskan untuk berpisah demi kepentingan perdamaian.

Tapi cinta mereka tidak terhenti di sana. Sebuah perjanjian rahasia dibuat antara keduanya untuk saling bertemu sekali dalam setahun di Khau Vai – pada tanggal 27 bulan ketiga kalender Lunar. Dan tradisi itu masih berlangsung dan dipertahankan hingga saat ini.

Bahkan pasar cinta Khau Vai sekarang menjadi obyek wisata yang selalu dipadati oleh pengunjung domestik maupun asing. Masakan lokal serta gadis dataran tinggi dengan kostum tradisional mereka merupakan adalah daya tarik tambahan dari perayaan ini.

Senior Member

Ikan Aneh Gemparkan Warga Bone

Ikan memiliki berat 400 kg, panjang 290 cm, lebar 65 cm dan lingkaran perut 160 cm

 

Arry Anggadha, RHA – Makassar

 

Ikan aneh yang diduga Ikan Duyung di Sulawesi Selatan

Ikan aneh yang diduga Ikan Duyung di Sulawesi Selatan (VIVAnews/RHA)

Puluhan nelayan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan berhasil menangkap ikan raksasa di muara Sungai Mare. Ikan dianggap aneh, lantaran ikan jenis itu baru pertama kali ditemukan oleh nelayan di Desa Ujung Salangketo.

Menurut Kapolsek Mare, AKP Jasahardi, peristiwa penangkapan ikan tersebut menggemparkan warga yang kemudian  beramai-ramai mendatangi pinggir sungai. Mereka ingin menyaksikan langsung ikan yang selama ini dianggap misteri dan memiliki ukuran yang tidak biasa itu.

“Bayangkan ikan memiliki berat 400 kg, panjang 290 centimeter, lebar 65 cm dan lingkaran perut 160 cm,” kata AKP Jasardi yang dihubungi VIVAnews.com dari Makassar, Selasa 17 Januari 2012.

Polisi yang mendatangi lokasi kejadian langsung mengabadikan ikan raksasa tersebut. Akan tetapi sayang, sesaat setelah diabadikan ikan itu dibelah dan dibagi-bagikan kepada warga. “Entah akan dimakan atau hanya ingin mengambil bagian tubuh ikan tersebut,” tambah Jasardi.

Ia menceritakan, ikan tersebut memang dikejar-kejar para nelayan setempat sejak bulan Desember. Bahkan dalam dua hari ini, nelayan bersama polisi setempat melakukan pencarian secara beramai-ramai. Para nelayan marah atas keberadaan ikan misteri yang kadang mengganggu rumput laut dan perahu mereka.

“Nelayan mengaku resah dan takut sebab ada yang hingga perahunya bocor karena diseruduk ikan tersebut serta budidaya rumput laut mereka dirusak,” urai Jasardi.

Sejak itu, warga mulai mempersenjatai diri setiap akan melaut. Pada Senin, 16 Januari, salah seorang nelayan H Juma, kembali turun melaut. Rupanya, H Juma yang ditemani anaknya memancing ini kembali diserang. Nelayan berumur 50-an tahun itu kemudian menombak ikan di bagian kepala sebanyak tiga kali.

Ikan tersebut rupanya langsung mati dan tenggelam di kedalaman 4 meter di muara tersebut. “Setelah dipastikan mati, nelayan baru menarik ikan tersebut ke daratan,” ujarnya.

Sementara berdasarkan dugaan sementara, ikan yang dianggap misteri tersebut adalah ikan duyung. Pasalnya, pihak kepolisian yang langsung mengambil gambar ikan di TKP langsung mencocokkan dengan jenis-jenis ikan di internet. “Mirip dengan ikan duyung,” tegas AKP Jasardi. (umi)

Selasa, 17 Januari 2012, 07:43
© VIVA.co.id

Ilmuwan: Ikan Tidak Sakit Saat Dipancing

Ikan tidak memiliki reseptor sensoris seperti halnya manusia

 

 Muhammad Chandrataruna, Amal Nur Ngazis

 

Kejuaraan Memancing di Slovenia

Kejuaraan Memancing di Slovenia (REUTERS/ Srdjan Zivulovic )

 

Saat melihat ikan terpancing lantas menggeliat, kadang kita berpikir betapa sakitnya ikan tersebut. Namun, opini itu ternyata salah. Ikan tidak merasakan sakit meski tubuhnya terpancing maupun mulutnya terkoyak.

Sebuah studi yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari tujuh ilmuwan dari University of  Wyoming di Amerika Serikat, telah menyimpulkan bahwa ikan tahan terhadap rasa sakit. Kenapa? Karena hewan air ini tidak memiliki kemampuan otak yang merespons rasa sakit.

Menurut studi tersebut, reaksi ikan yang menggeliat dan nampak seperti kesakitan, hanyalah reaksi bawah sadar ikan, bukan respons terhadap rasa sakit.

Setelah diteliti, ternyata ikan tidak memiliki reseptor sensor seperti halnya manusia. Reseptor ini berfungsi menanggapi sensor yang merusak dan mengirimkan sinyal ke otak. Pada manusia, reseptor inilah yang menciptakan rasa sakit.

Bantah Studi Sebelumnya


Temuan terbaru ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya, yang menunjukkan, bahwa nociceptor memungkinkan makhluk hidup lebih refleksif dan dapat merasakan sakit.

Dalam penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh University of Edinburgh, pada bibir ikan Rainbow trout (spesies dari ikan Salmon) disuntikkan larutan asam. Kemudian terjadi perubahan perilaku ikan seperti menggosok mulut pada kerikil dan bergerak dengan gerakan goyang mirip mamalia yang stres. Lalu, reaksi itu disimpulkan sebagai bukti rasa sakit.

Namun, penelitian teranyar menemukan bahwa hanya ada sedikit ‘serat C’, yang ditemukan dalam ikan jenis trout dan ikan lainnya. Serat C ini merupakan jenis nociceptor yang menyebabkan rasa sakit.

Sementara itu, pemimpin penelitian terbaru, Profesor James Rose dari University of Wyoming di Amerika Serikat, juga menemukan bahwa otak ikan tidak mengandung neokorteks yang cukup untuk merespons rasa sakit. Neokorteks adalah bagian dari otak yang berfungsi sebagai sensor persepsi, menghasilkan perintah gerak, serta kemampuan mengenali objek di luar.

Rose menuturkan, ikan bisa mengalami pingsan atau respon naluriah dasar, tapi itu tidak menimbulkan perasaaan sadar atau sakit. Reaksi pada ikan trout, lebih karena ikan ini merasa tidak nyaman.

“Ada banyak konflik seputar isu ikan merasakan sakit dan apakah ikan dapat merasakannya. Para pemancing sering mendapatkan stigma sadis dan kejam. Ini adalah konflik sosial yang tidak perlu,” kata Profesor Robert Arlinghaus, salah satu peneliti tim pada Telegraph.

Selasa, 15 Januari 2013, 05:29
© VIVA.co.id