Masih Kecil Sudah Stres karena Perasaan Anak Tak Didengar
Seperti diketahui pendidikan yang ada saat ini membuat anak merasa sangat terbebani, banyaknya pekerjaan rumah yang diberikan serta panjangnya waktu sekolah terkadang membuat anak jadi stres.
Namun, sayangnya orang tua kadang tidak menyadari kondisi stres yang dialami oleh si kecil, sehingga anak semakin merasa tertekan dan ia merasa bingung bagaimana harus mengungkapkan perasaannya.
“Pertama orang tua harus punya ketajaman observasi, karena pada anak yang stres ia akan menunjukkan symptom-symptom tertentu. Jadi observasi yang tajam diperlukan orang tua,” ujar psikolog Rustika Thamrin, Psi dalam acara Mini Talkshow Biodanza di Rempah Wangi, Jakarta dan ditulis Rabu (21/11/2012).
Psikolog Tika menuturkan anak yang stres biasanya menunjukkan gejala seperti jadi lebih mudah marah, kemudian banting pintu atau benda lain, merengut. Namun sayangnya banyak sekali kasus anak sudah memperlihatkan kekesalan tapi orang tua tidak menyadari dan anak tidak berani menunjukkannya secara langsung.
“Kalau orang tua yang observasinya tajam akan mengerti dan memahami anak dan bisa membaca, kemudian actionnya bicara terbuka 2 arah dengan anak,” ujar Psikolog Tika yang berpraktek di Brawijaya Women and Children Hospital.
Hal ini penting karena kalau tidak bicara 2 arah, yang terjadi adalah anak terus belajar memendam dan tidak terbiasa mengeluarkan perasaannya. Karena itu komunikasi interaksi 2 arah hal yang penting sekali.
“Karena hak hakiki anak adalah bagaimana ia didengar perasaannya. Nah, ini yang sering sekali ‘teraniaya’ karena anak tidak didengar perasaannya, dan nanti meledaknya dapat jadi anak kabur atau anak berusaha bunuh diri,” ungkapnya.
Tika mengungkapkan stres yang dialami oleh si anak dapat karena beban pelajaran, tapi sebenarnya yang paling hakiki adalah dia merasa dirinya tidak dihargai oleh sekolah dan, terutama yang signifikan dengan dirinya, siapa itu adalah orang tua.
“Jadi memang orang tua ini tidak dapat mengharapkan anak harus ngomong karena anak sendiri tidak terbiasa untuk ngomong, bingung bagaimana harus bicara atau cara menyampaikan yang tepat ke orang tua sehingga anak menjadi tidak terbuka,” ujar Tika.
Namun jika orang tua dan anak memiliki komunikasi 2 arah yang baik, anak akan lebih mudah untuk mengungkapkan perasaannya dan orang tua juga jadi tahu apa yang dialami oleh si anak, sehingga keduanya dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Rabu, 21/11/2012 14:28 WIB
(ver/vit)
You must be logged in to post a comment.